POLA LAYANAN PUBLIK



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perpustakaan sebagai salah satu lembaga / institusi merupakan salah satu wahana information resourch; knowledge resourch yang keberadaannya di harapkan mampu membantu pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Bahwa semua kegiatan yang dilakukan selalu mengandung unsur / nilai pembelajaran, pengembangan iptek bud maupun penunjang penelitian. Sebagai based of learning keberadaannya senantiasa di harapkan untuk dapat memenuhi harapan pemustaka dalam memperoleh informasi atau data yang dibutuhkan. Ketersediaan informasi semakin dituntut sejalan dengan keinginan masyarakat yang membutuhkannya. Kebutuhan masyarakat akan informasi yang cepat, akurat, tepat, mudah, murah dan spesifik inilah yang harus disikapi oleh para pustakawan maupun pengelola perpustakaan. Sikap yang harus ditunjukan adalah dengan menyediakan kebutuhan masyarakat sesuai dengan keinginannya.
Pada dasarnya masyarakat pengguna perpustakaan (pemustaka) ini akan datang bila ada rasa ketertarikan. Ketertarikan yang dimaksud bisa diartikan sebagai keterterikan terhadap tempat, lingkungan, koleksi, pelayanan, dsb. Rasa ketertarikan akan meningkat menjadi senang apabila kebutuhan dapat terpenuhi, sehingga dengan terpenuhinya kebutuhan dan menimbulkan rasa senang serta kepuasan, maka pemustaka akan datang kembali.
Pada sisi lain ada kalanya pemustaka tidak mendapatkan apa yang dibutuhkan sesuai dengan keinginan sehingga menjadi kecewa, jengkel, tidak puas, dsb. Sayangnya bahwa ketidak puasan, kekecewaan yang timbul terkadang tidak disampaikan kepada petugas. Artinya bahwa tidak ada keluhan yang sampai pada pengelola perpustakaan. Namun demikian perlu diketahui bahwa dalam teori pemasaran dikatakan : seorang yang kecewa mewakili 25 orang lain /pelanggan yang kecewa; 1 (satu) orang kecewa akan bercerita utuk kepada 15 orang lain maka dapat dibayangkan berapa yang mendengar berita buruk akibat cerita seseorang yang kecewa. Lebih lanjut dikatakan bahwa harga 1 orang pelanggan baru setara dengan harga mempertahankan 5 orang pelanggan lama.
Berdasarkan fenomena tersebut maka perpustakaan sebagai lembaga pengelola informasi harus dapat mempertahankan reputasinya dengan melakukan promosi terhadap kegiatan atau aktivitas yang dilakukan untuk menarik minat kunjung pemustaka. Adapun menarik minat pengunjung ke perpustakaan merupakan bagian dari layanan perpustakaan yang harus diberikan kepada pemustaka.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian dan peran perpustakaan?
2.      Bagaimanakah perpustakaan sebagai layanan public?
C.    Tujuan
Dengan tersusunnya  makalah ini semoga kita dapat mengetahui pengertian dan pola layanan public serta mengetahui perpustakaan sebagai layanan publik.
























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Perpustakaan
Dalam arti tradisional, perpustakaan adalah sebuah koleksi buku dan majalah. Walaupun dapat diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan, namun perpustakaan lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan dioperasikan oleh sebuah kota atau institusi, dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata tidak mampu membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri.[1]
Sedangkan menurut Sulistya basuki, perpustakaan adalah[2] sebuah ruangan, bagian dari gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. Menurut Lasa Has,[3] perpustakaan merupakan sisitem informasi yang didalamnya terdapat aktivitas pengumpulan, pengolahan, pengawetan, pelestarian dan penyajian serta penyebaran informasi.
B.     Peran Perpustakaan
Dalam Lembaga Administrasi Negara (1998)dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pelayanan umum adalah segala bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintahan di pusat, di daerah, dan di lingkungan badan usaha milik negara/daerah dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan Moenir (2001: 26-27) menyatakan bahwa pelayanan umum adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor materiel melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya, sebagai proses yang berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat.[4]
Perpustakaan merupakan upaya untuk memelihara dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses belajar-mengajar. Perpustakaan yang terorganisasi secara baik dan sistematis, secara langsung atau pun tidak langsung dapat memberikan kemudahan bagi proses belajar mengajar di sekolah atau ditempat perpustakaan tersebut berada. Hal ini, terkait dengan kemajuan bidang pendidikan dan dengan adanya perbaikan metode belajar-mengajar yang dirasakan tidak bisa dipisahkan dari masalah penyediaan fasilitas dan sarana pendidikan.[5]

C.     Fungsi perpustakaan nasional

Berdasarkan ketentuan peraturan tahun 1980, maka tugah pokok Perpustakaan Nasional Republik Indonesia adalah menyelenggarakan pengumpulan, penyimpanan, serta pelestarian terbitan Indonesia sebagai khazanah kebudayaan serta menjamin pemeliharaan terbitan Indonesia. Untuk melaksanakan tugas tersebut, cakupan fugsi perpustakaan nasional adalah sebagai berikut :
  • Mengumpulkan, mengatur, dan menyediakan hasil karya tulisan yang di terbitkan di Indonesia.
  • Menjadi perpustakan deposit dari terbitan indonesia, baik terbitan pemerintah maupun swasta.
  • Menentukan standar dari sistem, organisasi, pelayanan, dan mutu koleksi perpustakaan di Indonesia.
  • Menyelenggarakan kursus tingkat nasional bagi pegawai perpustakaan.
  • Memprakarsai kerjasama dengan lembaga di luar negri, misalnya dalam pertukaran publikasi, peminjaman antar perpustakaan, penyusun bibliografi, dan pembuatan microfilm.
  • Menyusun dan menerbitkan bibliografi nasional.
  • Dan menyusun catalog induk.[6]
D.    Perpustakaan sebagai layanan publik
Banyak kawasan yang sangat memerlukan dukungan perpustakaan untuk memperbaiki kualitas hidup warganya. Untuk keperluan itu tidak cukup hanya tersedia sekolah-sekolah yang menampung anak-anak usia sekolah, melainkan diperlukan juga tersedianya bahan pustaka yang efektif sebagai sumber belajar bagi populasinya yang tidak (lagi) bersekolah dan sebagai orang dewasa telah menjadi andalah pencari nafkah bagi keluarganya. Kita semua maklum bahwa ketertinggalan suatu masyarakat terutama disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu: ketidaktahuan, kemiskinan, dan penyakit (ignorence, poverty and disease). Ketiga faktor berkaitan erat satu sama lain, dan dalam usaha untuk menaggulanginya biasanya diutamakan berbagai ikhtiar yang ditujukan pada teratasinya faktor ignorasi, seperti antara lain program pemberantasan butahuruf, disusul dengan penyelenggaraan sekolah-sekolah dan kursus-kursus. Berbagai ikhtiar tersebut ditujukan pada meningkatnya penguasaan pengetahuan dan keterampilan warga masyarakat ybs; singkatnya, tindakan untuk mengatasi ketertinggalan sesuatu masyarakat biasanya dimulai dengan ikhtiar untuk meningkatkan kecerdasannya. Dengan meningkatnya kecerdasan masyarakat maka meluas pula cakrawala pandangan masyarakat yang bersangkutan.
Perpustakaan merupakan salah satu di antara sarana dan sumber belajar yang efektif untuk menambah pengetahuan melalui beraneka bacaan. Berbeda dengan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari secara klasikal di sekolah, perpustakaan menyediakan berbagai bahan pustaka yang secara individual dapat digumuli oleh peminatnya masing-masing. Tersedianya beraneka bahan pustaka memungkinkan tiap orang memilih apa yang sesuai dengan minat dan kepentingannya, dan kalau warga masyarakat itu masing-masing menambah pengetahuannya melalui pustaka pilihannya, maka akhirnya merata pula peningkatan taraf kecerdasan masyarakat itu. Kalau kita sepakat bahwa perbaikan mutu perikehidupan suatu masyarakat ditentukan oleh meningkatnya taraf kecerdasan warganya, maka kehadiran perpustakaan dalam suatu lingkungan kemasyarakatan niscaya turut berpengaruh terhadap teratasinya kondisi ketertinggalan masyarakat yang bersangkutan.
perpustakaan harus menyediakan bahan bacaan yang dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi khalayak pembaca dalam kawasannya. Perpustakaan tentu bukan saja merupakan ‘penggudangan buku’, melainkan menjadi tempat penyimpanan informasi, edukasi dan rekreasi. Perpustakaan suatu jenjang pendidikan (school library, university library) tentu menyediakan buku dan bahan bacaan yang berbeda dengan apa yang disimpan oleh perpustakaan umum (public library); demikian juga perpustakaan suatu wilayah (provincial library) menyediakan bahan pustaka yang berbeda dengan apa yang tersedia dalam perpustakaan pedesaan (country library). Pendeknya, perpustakaan sebaiknya dirancang sesuai dengan minat dan kepentingan khalayak dalam kawasannya.
Keanekaan ciri daerha-daerah pemukiman di Indonesia denan sendirinya perlu diperhatikan dalam persebaran perpustakaan; masyarakat perkotaan tentu berbeda minatnya dengan masyarakat pedesaan, masyarakat desa pegunungan tentu berbeda perhatian dan minatnya dengan masyarakat desa pantai, dan begitu seterusnya. Maka manfaaat kehadiran perpustakaan dalam suatu daerah hunian perlu memperhatikan apa yang ingin diperoleh khalayak pembacanya sebagai sumber informasi, edukasi dan rekerasi. Dengan demikian perpustakaan akan tetap memiliki daya tarik untuk dikunjungi, dan dengan ramainya kunjungan ke perpustakaan itu berkembang pula dalam masyarakat yang bersangkutan sikap positif terhadap buku. Kehadiran perpustakaan bukan saja berrjasa dalam menumbuhkan minat baca melainkan juga cinta buku.
Maka adanya prakarsa untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang perlunya kehadiran perpustkaan dalam kawasannya. Banyaknkya kawasan hunian baru yang dibangun oleh para pengembang tidak selalu disertai pengadaan perpustakaan sebagai fasilitas umum. Jangankan di daerah hunian yang sederhana, di kawasan yang tergolong mewah pun perpustakaan sebagai fasilitas umum cenderung dilupakan penyediaannya. Jauh lebih ditonjolkan sebagai keistimewaan adalah adanya shopping mall dan berbagai fasilitas rekreasi ketimbang adanya perpustakaan yang bisa melayai minat para penghuninya.
Tentu saja berbagai kemungkinan tersebut sebaiknya didahului dengan mempelajari apa yang menjadi minat dan kepentingan masyarakat setempat, terutama yang berkenaan dengan usaha peningkatan kualitas kehidupan warganya. Dalam kaitan ini perlu diperhatikan pula penyediaan bahan pustaka yang dapat menambah pengetahuan dan keterampilan warga masyarakat yang bersangkutan, teruatama buku-buku yang merupakan panduan ‘kerjakan sendiri’ (do it your self). Lebih baik lagi kalau buku panduan demikian itu dipulih sesuai dengan kepentingan warga masyarakat setempat untuk melakukan usaha yang dapat menambah sumber penghasilan (income generating) atau dapat membuka lapangan kerja (employment generating).
Selain buku-buku panduan ‘kerjakan sendiri’, tidak kalah pentingnya ialah buku-buku yang bersifat informatif dan edukatif mengenai kesehatan, kebersihan lingkungan hidup, bahaya pencemaran lingkungan, dan bahan bacaan lain yang bisa berdampak positif bagi terjadinya perubahan sikap dan perilaku warga masyarakat yang bersangkutan terhadap berbagai permasalahan aktual.
Perlu dicatat, bahwa perpustakaan masakini tidak hanya memiliki koleksi buku-buku, melainkan juga berupa perangkat untuk penyajian bahan melalui CD, VCD, CD-ROM, dan sebagainya sejalan dengan perkembangan teknologi informasi. Demikian juga koleksi rekaman film tentang flora dan fauna, dokumentasi sejarah, kelautan, kehutanan, dan sebagainya. Sejalan dengan kemajuan teknologi informasi, perpustakaan juga bisa berfungsi lebih dari sekedar tempat simpan pinjam bahan pustaka ditambah ruang baca belaka. Perpustakaan modern mestinya bisa berfungsi bagi penyelenggaraan berbagai forum penerangan dan pembahasan tentang masalah-masalah aktual, antara lain melalui penyelenggaraan diskusi panel, seminar, simposium, lokakarya, dan sebagainya. Perpustakaan juga dapat menyelenggarakan acara pameran buku, pemutaran film, perkenalan dengan pengarang dan sastrawan nasional maupun lokal. Melalui berbagai forum pembahasan itu niscaya dapat didorong perkembangan berbagai pemikiran mengenai masalah-masalah aktual yang diahadapi oleh masyarakat yang bersangkutan.
Pendeknya, banyak cara untuk berusaha menghimpun bahan bacaan yang dapat dimanfaatkan oleh perputakaan pedesaan dan berbagai daerah hunian yang oleh satu dan lain sebab agak terbelakang pendidikannuya. Kehadiran perpustakaan di kawasan demikian itu niscaya besar dampaknya yang bersifat edukatif. Dengan prakarsa tersebut makin meningkatlah perebaran perpustakaan sebagai pusat pembelajaran dan sekaligus efektif berperan sebagai agen perubahan, terutama di kawasan pemukiman yang relatif tertinggal dalam usaha peningkatan kecerdasan serta perbaikan perikehidupan warganya.[7]









BAB III
KESIMPULAN
Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian dari gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. Banyak kawasan yang sangat memerlukan dukungan perpustakaan untuk memperbaiki kualitas hidup warganya. Untuk keperluan itu tidak cukup hanya tersedia sekolah-sekolah yang menampung anak-anak usia sekolah, melainkan diperlukan juga tersedianya bahan pustaka yang efektif sebagai sumber belajar bagi populasinya yang tidak (lagi) bersekolah dan sebagai orang dewasa telah menjadi andalah pencari nafkah bagi keluarganya.
Perpustakaan merupakan salah satu di antara sarana dan sumber belajar yang efektif untuk menambah pengetahuan melalui beraneka bacaan. Berbeda dengan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari secara klasikal di sekolah, perpustakaan menyediakan berbagai bahan pustaka yang secara individual dapat digumuli oleh peminatnya masing-masing.













DAFTAR PUSTAKA

Lasa H.S Manajemen Perpustakaan (Yogyakarta : Gama Media, 2008) hal.48
http://id.wikipedia.org/wiki/Perpustakaan
Sinaga, Dian Mengelola Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Kreasi Media Utama, 2007) hlm. 15
Sulistyo. Basuki Periodisasi Perpustakaan Indonesia (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994)hlm. 24



[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Perpustakaan
[2] Lasa H.S Manajemen Perpustakaan (Yogyakarta : Gama Media, 2008) hal.48
[3] Ibid hal.48
[5] Sinaga, Dian Mengelola Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Kreasi Media Utama, 2007) hlm. 15
[6] Sulistyo. Basuki Periodisasi Perpustakaan Indonesia (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994)hlm. 24

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERENCANAAN PERPUSTAKAAN

Perencanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak MI

MANAJEMEN KONFLIK