KONSEP PENGELOLAAN KONFLIK SECARA KOMPREHENSIF
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bentuk-bentuk konflik
Berdasarkan bentuk-bentuknya, konflik dibagi menjadi lima bagian yaitu sebagai berikut :
1. Menurut hubungannya dengan organisasi
a.
Konflik
fungsional adalah konflk yan mendukung tujuan oorganisasi. Konflik ini bersifat
konstruktif. Contoh : konflik antar anggota organisasi politik tentang
pencalonan bupati dan wakil bupati.
b.
Konflink
disfungsional adalah konflik yan menghambat tercapainya tujuan organisasi dan
sifatnya destruktif
2. Menurut hubungannya dengan posisi pelaku politik
a.
Konflik
fertikal adalah konflik antar tingkatan kelas atau antara atasan dan bawah
b. Konflik horizontal adalah konflik yang terjadi antar
individu atau kelompok yang sekelas atau sederajat. Contoh : konflik antar umat beragama
di Poso.
c. Konflik
diagonal adalahkonflik yang terjadi karena ketidak adilan alokasi sumber daya keseluruh organisasi yang menimbulkan pertentangan secara ekstrem dari bagian
yang membutuhkan sumber daya tersebut.
Contoh : konflik antara sebuah PT bersama segenap jajarannya dan pemerintah daerah yang didikung rakyat.
3. Menurut hubungannya dengan struktur organisasi
a. Konflik hiererki adalah konflik dari berbagai
tingkatan (posisi) yang ada dalam suatu organisasi. Contoh
: konflikantarpresidendirektur
b.
Konflik
lini staf adalah konflik antara lini dan staf yang ada dalam organisasi. Hal
tersebut terjadi karena pegawai staf yang secara formal tidak lagi menyukai
kekuasaan atas pegawai lini karena tidak dalam satu garis komando sementara
pegawai staf merasa posisinya lebih baik dari pada pegawai lini. Contoh :
konflik antara petugas tata usaha sekolah dan pesuruh sekolah.
c.
Konflik
formal informal adalah konflik antara kelompok formal dalam sebuah organisasi
dan kelompok informal yang berkaitan dengan organisasi tersebut.[1]
4.
Menurut hubungannya dengan konsentrasi aktifitas manusia dalam
masyarakat.
a.
Konflik
ekonomi adalah konflik yang disebabkan oleh adanya perebutan sumber daya
ekonomi dari pihak yang berkonflik. Contoh : konflik antar perusahaan rokok
yang berusaha merebut pasar dengan iklan-iklan yang gencar.
b.
Konflik
politik adalah konflik yang dipicu oleh adanya kepentingan politik dari
pihak-pihak yang berkonflik. Contoh :konflik antar parpol merebut masa dalam
berkampaye.
c.
Konflik
budaya adalah konflik yang disebabkan oleh adanya perbedaan kepentingan budaya
dari pihak yang berkonflik. Contoh
konflik antar suku mengenai sistem kekerabatan.
d.
Konflik
pertahaanan adalah konflik yang dipicu adanya perebutan hegemoni pihak-pihak
yang berkonflik. Contoh : konflik antara Israel – Palestina serta konflik
antara Korea Utara – Korea Selatan.
e.
Konflik
antar umat beragama adalah konflik yang
dipicu oleh adanya sentimen agama. Contoh konflik di Ambon atau konflik Perang
Salib.
5.
Menurut hubungannya dengan pelaku
a.
Konflik
intra pribadi (konflik didalam diri sendiri) adalah konflik yang terjadi dalam
diri seseorang sebagai akibat perbeaan atau kesenjangan antara kemauan dan
kemampuannya untuk melakukan keinginannya. Konflik ini dibagi menjadi dua,
yaitu produktifitas dan efektif yang menyangkut emosional seperti stres,
menurunnya produktifitas ataumenurunnya rasa kepuasan dan konflik kognitif yang
menyangkut intelektual dimana seseorang yag secara intelektual mampu namun
berbenturan dengan keterbatasan waktu, biaya dan tenaga sehingga harus meneria kegagalan.
b.
Konflik
antar pribadi adalah apabila terjadi pertentangan antara dua individu yang
disebabkan perbedaan persepsi, orientasi atau kedudukan. Konflik ini biasanya
menimbulkan like and dislike (rasa suka dan tidak suka) dalam hubungan antar individu.
c.
Konflik
dalam kelompok adalah konflik yang terjadi dalam suatu kelompok karena
keputusan kelmpok bertentangan dengan keinginan satu atau dua individu dalam
kelompok tersebut.
d.
Konflikdidalam
organisasi adalah konflik yang dapat diindikasikan apabila suatu konflik telah
mengarah kedalam seluruh fungsi didalam organisasi tersebut. Contoh : konflik
antara manajer dan stafnya (bersifat vertikal) atau konflik antar pegawai dalam
organisasi itu (bersifat horizontal)
e.
Konflik
antar organisasi adalah konflik antar kelompok yang mempunyai badan hukum yang
biasanya berhubunngan dengan masalah bisnis dan politik. Contoh : konflik antar
badan usaha atau konflikantar parpol.
B.
Gaya
manajemen konflik
Hendricks, W (1992) menyamakan istilah teknik
penyelesaian konflik dengan gaya (style) manajemen konflik yang dapat
diterapkan dalam menyelesaikan konflik yaitu:
1.
Gaya
menyelesaikan konflik dengan cara mempersatukan (integrating)
2.
Gaya
menyelesaikan konflik dengan kerelaan untuk membantu (obliging)
3.
Gaya
menyelesaikan konflik dengan mendominasi (dominating)
4.
Gaya
menyelesaikan konflik dengan menghindar (ovoiding)
5.
Gaya
menyelesaikan konflik dengan kompromi (compromising)
Penyelesaian konflik dengan cara mempersatukan yaitu
pihak pihak yang terlibat konflik melkukan tukar menukar informasi. Kedua belah
pihak ada keinginan untuk mengamati perbedaan dan mencari solusi yang dapat
diterima oleh semua kelompok. Menyelesaikan konflik dengan cara mempersatukanmendorong
munculnya kreatifitas yang bersangkutan. Kelemahan gaya menyelesaikan konflik
dengan cara mempersatukan membutuhkan waktu yang lama dan dapat menimbulkan
kekecewaan karena penalaran dan pertimbangan rasional sering kali dikalahkan
oleh komitmen emosional untuk suatu posisi.
Strategi kerelaan untuk membantu (obliging) berperan
untuk mengurangi perbedaan antar kelompok dan mendorong pihak-pihak yang
terlibat konflik untuk mencari persamaan-persaqmaan. Perhatian pada orang atau
kelompok lain tinggi mengakibatkan seseorang mjerasa puas karena keinginannya
dipenuhi oleh pihak lain, walaupun salah satu pihak harus mengorbankan sesuatu
yang penting bagi dirinya. Gaya semacam ini dapat digunakan sebagai strategi
yang sengaja untuk mengangkat atau menghargai orang lain, membuat pihak lain
merasa lebih baik dan senang terhadap suatu isu.
Teknik dominasi merupakan kebalikan gay obliging
menenkankan pada kepentingan diri sendiri. Kewajiban sering diabaikan demi
kepentingan diri sendiri atau kelompok dan cenderung meremehkan kepentingan
orang lain. Teknik dominasi sangat efektif bila suatu keputusan harus diambil
secara tepat. Gaya mendominasi sangat membantu pimpinan jika pihak-pihak yang
terlibat konflik kurang pengetahuan atau keahlian tentang isu yang menjadi
konflik.
Menghindar (avoiding) sebagai salah satu strategi
pengendalian konflik dengan cara menghindari
persoalan. Pihak yang menghindar dari konflik tidak menempatkan suatu
nilai pada diri sendiri atau orang lain. Gaya menghindar berarti menghindari
tanggung jawab atau mengelak dari suatu isu konflik. Seorang pimpinan yang
menggunakan gaya menghindar berusaha lari dari permasalahan yang menjadi
tanggng jawabnya atau meninggalkan pertrungan untuk menndapatkan hasil.
Gaya menyelesaikan konflik dengan cara kompromi
(compromising) dikategorikan efektif bilaisu konflik sangat komplek dan kedua
belah pihak yang terlibat konflik mempunyai kekuasaan yang berimbang. Teknik
kompromi dapat menjadi pilihan bila metode ain gagal dan kedua pihak mencari
jala tengah. Pda kompromi masing-masing
pihak rela memberikan sebagian kepentingannya (win-win solution).[2]
C.
Teknik
pengelolaan konflik
Dengan penjelasan yang hampir sama, Hardjana, A. M.
(1994) mengemukakan teknik-teknik pengelolaan konflik yaitu :
1.
Bersaing
(competiting)
Kompetisi adalah pemecahan masalah atau konflik dengan
cara mnciptakan area persaingan atau perlombaan. Adapun syarat dilakukannya
kompetisi antara lain:
a.
Apabila
kondisi sangat mendesak, darurat an gawat
b.
Dibutuhkan
adanya sedikit tekanan terhadap pihak-pihak yang berkonflik.
c.
Apabila
konflik sangat berpengaruh pada kelanjutan organisasi dan yang mengetahuinya
hanya pihak yang berkonflik.
2.
Kerja
sama (collaborating)
Kolaborasi adalah teknik pemecaha masalah utuk memberikan keuntungan yang sama
terhadap keduabelah pihak yang berselisih. Kedua belah pihak harus beriktikad
baik untuk menahan diri dari melakukan
pengendalian sosial sendiri serta bekerjasama untuk memperoleh pemecahan
masalah.
Syarat-syarat dilakukannya kolaborasi adalah sebagai
berikut :
a.
Apabila
kedua belah pihak yang berkonflik memiliki pendapat yang sangat baik jika
digabungkan, sehingga didapatkan solusi yang integratif.
b.
Apabila
tujuan konflik yag kita hadapi adalah untuk belajar dari pihak lain.
c.
Apabila
kita ingin mendapatkan nilai-nilai positif dari pihak-pihak yang memiliki perspektif
yag sama dengan kita.
d.
Apabila
kita ingin memperoleh komitmen dari pihak lain dengan jalan melakukan
konsensus.
3.
Kompromi
(compromising)
Kompromi adalah pemecahan konflik dengan cara semua pihak
yang terlibat konflik berusaha menjari jalan tengah degan menguraikan tuntutan
tertentu.
Syarat dilakuannya kompromi adalah sebagai berikut :
a.
Apabila
tujuan penyelesaian konflik adalah segalanya dan kita tidak dapat
memaksimalkan, baik ketegasan atau kerjasama kita.
b.
Apabila
pihak lain memiliki kekuatan yang
samabesar dengan kita, sementara itu peluang yang ada pun seimbang.
c.
Diadakan
untuk mencapai penyelesaian sementara
4.
Menghindari
(avoiding)
Menghindri adalah pemecahan konflik dengan cara salah
satu pihak yang berselisih menarik diri untuk menghindar konflik yangg terjadi.
Syarat-syarat dilakukannya meghindari adalah sebagai
berikut:
a.
Apabila masalah dan konflik yang dihadapi sangat
sepele atau sederhana, sementara masalah-masalah lain yang lebih penting masih
cukup banyak.
b.
Apabila
dilihat tidak ada manfaat yang dapat diperoleh jika konflik diselesaikan.
c.
Apabila
ingin memberikan kesempatan pada pihak lain untuk “tenang dan dingin” sehingga
diperoleh persepektif yang jauh lebih baik.
d.
Apabila
pihak lain dianggap dapat mengatasi konflik tersebut jauh lebih baik dari pada
kita.
e.
Apabilakonflik
berasal dari gejala permasalahan yag ada.
5.
Menyesuaikan
(accomoding)
Akomodasi adalah suatu bentuk proses sosial yang
didalamnya dua atau lebih individu atau kelompok berusah untuk saling
menyesuikan diri sert tidak saling mengganggu dengan cara mencegah, mengurangi
atau penghentikan ketegangan yang akan timbul atau yang sudah ada sehingga
mencapai kestabilan (keseimbangan).
Syarat-syarat dilakukannya akomodasi adalah sebagai
berikut :
a.
Apabila
kita menyadari bahwa kitalah pihak yag salah dan perlu segera untuk memperbaiki.
b.
Apabila
keselarasan dan stabilitas menjadi ukuran yang terpenting pada saat itu.
c.
Dilakukan
untuk memberikan kesempatan pada pihak lain untuk belajar dari kesalahan yang
telah dilakukan.
d.
Akomodasi
dilakukan untuk meminimalisasi
kerugiankkita apabila kita telah kalah dalam kompetisi dengan pihak lain.[3]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan bentuk-bentuknya, konflik
dibagi menjadi lima bagian, yaitu :
1. Menurut hubungannya dengan organisasi
2. Menurut hubungannya dengan posisi pelaku politik
3. Menurut hubungannya dengan struktur organisasi
4. Menurut hubungannya dengan konsntrasi aktifitas manusia dalam masyarakat
5. Menurut hubungannya dengan pelaku
Gaya
manajemen konflik dapat diterapkan dalam menyelesaikan konflik yaitu:
1.
Gaya
menyelesaikan konflik dengan cara mempersatukan (integrating)
2.
Gaya
menyelesaikan konflik dengan kerelaan untuk membantu (obliging)
3.
Gaya
menyelesaikan konflik dengan mendominasi (dominating)
4.
Gaya
menyelesaikan konflik dengan menghindar (ovoiding)
5.
Gaya
menyelesaikan konflik dengan kompromi (compromising)
Teknik
pengelolaan konflik yaitu :
1.
Bersaing
(competiting)
2.
Kerja
sama (collaborating)
3.
Kompromi
(compromising)
4.
Menghindari
(avoiding)
5.
Menyesuaikan
(accomoding)
DAFTAR PUSTAKA
Wulandari, Fitri, Sosiologi SMA/MA kelas XI
Semester Gasal, Klaten : Viva Pakarindo, 2013.
Wahyudi, Manajemen Dalam Organisasi Pedoan
Praktis Bagi Pemimpin Visioner, Bandung : Alfabeta, 2011.
[1] Fitri Wulandari, Sosiologi SMA/MA kelas XI
Semester Gasal (Klaten : Viva Pakarindo, 2013) hal.32-33
[2] Wahyudi, Manajemen Dalam Organisasi
Pedoan Praktis Bagi Pemimpin Visioner (Bandung : Alfabeta, 2011) hal.61-62
[3] Fitri Wulandari, Sosiologi SMA/MA kelas XI
Semester Gasal (Klaten : Viva Pakarindo, 2013) hal.36-38
Komentar
Posting Komentar